1. Coba jelaskan apa yang dimaksud Saskia dengan judul bukunya “Kuntilanak Wangi: Organisasi-organisasi Perempuan Setalah 1950”..??
Menurut Saskia “Kuntilanak Wangi” merupakan sebutan umum yang ditujukan untuk perempuan dari berbagai kalangan organisasi yang terdapat pada masa orde baru, mereka pergi menggunakan becak atau mobil, mengenakkan busana yang paling bagus, giat menjalankan politik pemerintahan orde baru.
Mereka berasal dari organisasi perempuan yang dibentuk oleh pemerintah orde baru yang anggotanya merupakan istri-istri dari para pegawai negeri seperti Dharma wanita (istri pegawai negeri sipil) dan Dharma Pertiwi (istri agkatan bersenjata) serta PKK program untuk kesejahteraan keluarga. Semua organisasi ini berada dibawah tangan pemerintah. Orgaisasi ini membentuk wanita sebagai mana kodratnya terhadap suami, keluarga dan masyarakat. Sehingga kegiatan yang mereka lakukan itu yakni masak-memasak, jahit-menjahit arisan dan lain-lain.
Di tingkat daerah organisasi perempuan dihimpun bersama dalam stu organisasi yakni GOWS (Gabungan Oragaisasi Wanita Surakarta) anggotanya terdiri dari lapisan menengah atau lapisan atas masyarakat.
Dalam ursan arisan tersebut mereka menabung bersama kemudian diundi, disaat mendapatkan undian mereka mendapatkan uang yang cukup banyak, di lain waktu mereka uang arisan ini dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang mempertinggi gengsi para anggota arisa tersebut.
2. Berdasarkan literature yang diperoleh tentang sejarah perempuan, kenapa terjadi ketimpangan dalam penulisan sejarah, khususnya di Indonesia..?? jelaskan berdasarkan pendapat sendiri dari sudut pandang historiografi dan metodologi sejarah..
Dalam penulisan sejarah Indonesia dapat dilihat isinya lebih menonjolkan kaum laki-laki, walapun kadang perempuan ditampilkan tapi perempuan tersebut hanya sebagai pelengkap saja, karena sejarah selalu memihak dan hanya untuk kepentingan kaum laki-laki saja. Perempuan hanya sebagai peran tambahan dalam penulisan sejarah tersebut. Karena selama ini hanya terdapat perspektif patriakhis, yang menerangkan bahwa peran tersebut bukanlah pekerjaan kaum perempuan.
Kajian sejarah Indonesia dalam masalah jender masih langka di Indonesia, study-study perempuan masih terbatas dan tema-temanya tentang pemberdayaan perempuan yang lebih mengutamakan perspektif feminisnya ketimbang jender. Sementara study sejarah Indonesia hampir keseluruhannya sangat didomonasi oleh pria sebagai actor utamanya.
Dalam kajian sejarah Indonesia terdapatnya paradigma yang keliru tentang perempuan serta paradigma yang membudaya dunia laki-laki (public) beda dengan perempuan (Domistik) dan kelangkaan sumber-sumber tentang sejarah perempuan. serta adanya konstruksi perbedaan laki-laki dengan perempuan berdasarkan sosial-budaya.
3. Jelaskan bagaimana pendapat tentang gerakan perempuan Indonesia selama orde baru. Didukung oleh literatur..??
Pada masa orde baru pemerintah itu sendiri yang membentuk organisasi perempuan yang anggotanya terdiri dari para istri pegawai negeri sipil (Dharma Wanita) dan istri para angkatan bersenjata (Dharma Pertiwi) serta organisasi program kesejahteraan kelurga (PKK) dan Gows (Gabungan Organisasi Wanita Surakarta). Sehingga organisasi ini dipegang oleh pemerintah sehingga pemerintah tersebut mengawasinya dengan ketat. Organisasi ini dibentuk dalam tujuan politik dari pemerintahan orde baru tersebut, yakni untuk mendukung Golkar dalam pemilu.
Organisasi ini bertujuan untuk membentuk perempuan sesuai dengan kodratnya sehingga yang kegiatan yang mereka lakukan tidak lebih dari kegiatan-kegiatan ibu rumah tangga atau masalah domestic yakni kursus-kursus untuk kebutuhan rumah tangga seperti masak-memasak, jahit-mejahit, buat kerajinan tangan, ikut dalam program KB dan belajar bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma susila dan lain-lain.
Sehingga dengan kesibukan perempuan tersebut, kaum perempuan ini tidak perlu lagi ikut dalam birokrasi, dalam proses pembangunan dan tidak perlu ikut dalam politik yang tertuju pada kaum miskin seperti organisasi pada masa orde lama tersebut. Di sini mereka hanya perlu menjadi istri yang baik, penurut dan mengasuh anak yang taat. (Literatur “Kuntilanak Wangi : Organisasi perempuan Indonesia sesudah 1950”. Saskia Wieringa)
4. Dalam sebuah harian kompas 21 April 2001, Julia I Suryakusuma menulis artikelyang berjudul “Kebaya sebagai Identitas, Ekspresidan Operasi” (Renungan Perempuan di Era Globalisasi). Coba jelaskan dari sudut pendekatan sinkronik dan diokronik dari perspektif study sejarah kritis dari artikel ini..??
Zaman penjajahan Belanda kebaya dipakai oleh istri bangsawan/raja, sedangkan kelas bawah yang memkainya adalah pembantu dan petani. Zaman ini kebaya dijadikan sebagai pembeda perempuan diberbagai kalangan. Motif dari kebaya tersebut pun berbeda-beda. Dan cara memakainya pun sangat sulit sekali
Zaman Pendudukan Jepang kebaya dipakai oleh para nyai-nyai yang akan menghibur tentara Jepang. Setelah merdeka kebaya pun tetap dipakai, namun cara memakainya lebih didikte oleh aturan-aturan yang ketat. Namun ditahun 1970-an adanya sekelompok perempuan ternama ingin merubah kebaya tradisional menjadi “kebaya modern” yang tidak harus memakai sanggul dan kain batik tapi boleh dengan rambut pendek, rok, celana, jins dan hotpants dan muncul lagi pada tahun 2000-an.
Masa orde lama kebaya dipakai oleh para istri diplomat dan birokrasi dalam suatu acara Negara (hari kemerdekaan).Masa orde baru kebaya mempunyai trend seragam cerminan dari militerisasi. Pegawai negeri pria memakai biru kopri, seangkan ibu Dharma wanita menggunakan kebaya warna yang sama di atas kain batik yang motifnya juga seragam.
Masa sekarang pun kebaya masih dipakain, bahkan menjadi trend yang bahan dan batiknya lebih baik dan bagus.
5. Jelaskan bagaimana konstribusi perempuan Minang Kabau pada masa Gerakan nasional, Khususnya pada masa awal abad ke-20 bila dilihat dari sudut sejarah nasional, terbentuknya nation-state…??
Pada abad ke-20 konstribusi perempuan Minang Kabau sangat besar sekali, dimana adanya Siti maggopoh yang ikut berperan fisik dalam perang melawan kolonialisme Belanda. Hal ini merupakan langkah awal terbentuknya semangat nasionalisme para perempuan untuk menentang para penjajah Belanda di Minang Kabau atau diwilayah lainnya di nusantara. Dengan semangan inilah nantinya dapat menghalau dan memerangi Belanda yang mendatangkan penderitaan di Indonesia, dari sinilah akhirnya bermunculan para permpuan yang ikut dalam memerangi pejajah yang ada di nusantara hingga Indonesia merdeka.